aku ma(l)u kau tahu



Terlalu banyak jika harus kuhitung berapa malam minggu ku habiskan sendirian di kamar. Melelahkan tentunya, baik saat menghitung jumlahnya ataupun saat merangkum seluruh rasa yang terlunta. Seringkali aku pergi entah kemana dengan teman yang bernasib sama. Ada suatu kelegaan dan sebuah kenyamanan jika demikian. Setidaknya, aku tak jomblo sendirian. Atau kalaupun tak, kupilih membuka laptop atau membaca buku-buku yang tersusun rapi di rak. Cukup mendamaikan, sebagai sebuah pengalihan kegalauan.
"Tingtung." message notification terdengar. Kuraih hape ada sebuah SMS terpampang. Tentu saja bukan sebuah SMS sayang ku dapatkan, yang ada hanya sebuah SMS iklan. Menyebalkan.


Kuketik nama dan akunmu di kolom "Search" pada twitter. Melihat, membaca, dan menyimak aktifitasmu cukup menyenangkan. me-retweet kicauanmu dan berharap kau tahu itu sebuah potongan perhatian dariku. Tapi sepertinya tak akan terlihat beda. Sudah beberapa temanmu melakukannya di status terbarumu, beberapa jam lalu, status tentang kegiatan pengisi akhir pekan dan status tentang hapemu yang masih dalam perbaikan.

Aku alihkan perhatian ke twitter-mu, berharap ada kicauan yang bisa ku-retweet sekarang. Kubaca beberapa, hanya ada beberapa mention dan obrolan dengan temanmu yang tak kutahu siapa dan sedang membahas apa, itupun sudah tak begitu jelas. aku mendengus kesal.



"Begitu banyak yang bisa kau lakukan, tapi kau buat dirimu terkungkung dalam keraguan. Membuat kau terus terbawa arus kegalauan." Mulai terjadi percakapan dalam pikiran. Ya, saat galau memang seringkali ku demikian.
"Tapi aku ragu. Aku malu." Satu sisiku mencari pembelaan.
"Sudah terlalu lama kau terus membisu hanya karena ragu. Sudah terlalu lama kau tahan rindu hanya karena malu. Sudah terlalu Kau tetap ingin begitu? Memalukan!" Sisi yang lain mulai kesal.
"Tapi kan..." Kucoba lagi menyangkal.
"Bagaimana kau bisa tahu perasaannya sementara kau tak pernah menanyakannya. Bagaimana dia tahu kau perhatian sementara sedikitpun tak pernah kau tunjukkan? Bagaimana?!"
Hening. Tak ada lagi "obrolan". Sepertinya aku memang sudah terlalu lama diam. Sudah terlalu banyak rasa tak diperjuangkan.


Kubuka lagi twitter-mu menatap lagi layar meski entah kemana pikiran. Jariku menekan tombol "f5" pada keyboard, reload.
Sebuah status baru nampak, permintaan bantuan yang tersamarkan dan tak banyak penjelasan. Aku tak tahu apa yang sedang kaurasa, ada galau disana meski tak langsung kau kata.
"Aku harus menghubunginya sekarang, tak cukup jika kutanya dalam komen meski panjang."
Kucari namamu di phonebook hape, ketemu, kutekan tombol "Call", tapi langsung ku urungkan.
Ragu, lagi-lagi ia mengganggu. Sekian puluh detik ku habiskan untuk meyakinkan apa harus ku lakukan atau biarkan.
Ah, terlalu lama, biarlah apa nanti tanggapannya, biarlah nanti terbata-bata berkata, yang penting malam ini aku harus berani mengatakan dan memberi bantuan yang ia butuhkan.
Menekan tombol "Call" telah ku lakukan. Kutunggu beberapa saat menunggu kau mengangkat.
"Deg." Nafasku tertahan saat sebuah suara mulai terdengar.
"Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau di luar jangkauan."
Sial! Sumpah serapah ku ucapkan. sinyal tak mendukung kegundahan!


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
Category: 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar