Aku Tak (Lagi) Suka Hujan


Dulu, aku suka sekali melihat hujan. Melongok hujan dari jendela seakan-akan membawaku ke sebuah negeri yang indah di awang-awang. Melihat hujan dari jendela membuatku lupa dengan segala permasalahan yang menderaku.

Dulu, aku senang sekali jika hujan datang. Bila ku di dalam rumah, kunikmati betapa hangatnya rumah ini. Menikmati hujan bersama secangkir kopi dan sepotong pisang goreng, sungguh merupakan kenikmatan yang luar biasa.

Dulu, aku selalu suka dengan hujan. Di mana pun, kapan pun. Pagi, siang, sore, malam apalagi. Bila hujan datang, terasa damailah dunia. Biarpun sedang berada di jalanan, aku selalu menyukai hujan. Hujan selalu membawaku ke masa lalu, ketika aku tinggal bersama ibuku, menikmatinya di atas kasur yang hangat bersama selembar selimut tebal dan siaran radio.

Dulu, aku selalu suka dengan hujan. Hujan membawaku pada seseorang di ujung sana yang juga sedang manatap hujan dari balik jendela, membaui bau tanah yang menguap bersama hujan yang datang. Kami berjauhan tetapi terasa dekat karena hujan akan menyatukan kami.

Itu dulu.

Mungkin kini aku lagi begitu suka akan hujan. dan pula, takkan kubenci kemarau yang datang membawa kerontang. Biarlah alam berjalan sebagaimana mestinya, takkan kucintai semuanya secara berlebihan. Sesungguhnya yang berlebihan itu bukanlah sesuatu yang baik. Paling tidak bagiku, juga bagi orang lain.


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
Category: 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar