Hei kamu. Iya, kamu. Yang selalu berdiri atau duduk di situ, di depanku, membawa berbagai ceritamu. Bahwa kamu tersesat di sana, di sebuah jalan gelap dengan begitu banyak kesenangan di mana-mana. Kamu tergoda. Mencebur di sana dengan penuh tawa.
“Aku punya cerita dan kamu selalu menyediakan telinga,” katamu. “Entah kenapa, itu yang membuatku suka di depanmu berlama-lama. Membawa banyak sekali cerita. Lalu aku akan bercerita tentang apa saja. Tentang aku, tentang jalan gelapku, tentang teman-temanku. Semuanya. Dan kamu mendengarkan tidak hanya dengan telinga, tapi juga matamu, sikap dudukmu, bahkan mulutmu yang hanya akan berbicara setelah aku berhenti bercerita. Apa kamu tahu betapa menyenangkan itu?”
Iya, aku tahu. Tapi apa kamu juga tahu aku merasakan kesenangan itu jauh berlipat daripada kamu? Dan sebenarnya, ini pertama kalinya aku jenak berlama-lama mendengarkan seseorang cerita. Apa itu kamu juga tahu? Tidak? Ya sudah, lupakan saja.
Yang menjadi masalah kemudian adalah, aku jatuh cinta. Sebuah hal yang seharusnya tidak boleh karena kita berbeda, setidaknya menurutku kita berbeda. Kamu, yang punya semuanya; kebaikan, kepintaran, sifat lucu dan kedewasaanmu, kekayaan; ah, sudahkah aku bilang kamu memiliki semuanya? Dan aku, lelaki biasa yang mengagumi tidak hanya dari mata, tapi dari hati, waktu dan pikiranku juga. Apa ini seimbang?
Aku pernah bercerita tentang hal itu. Tentu saja aku tidak menyebut namamu. Aku hanya berkata sedang jatuh cinta dengan seseorang, tapi kami berbeda liga. Terlalu jauh. Dan kamu hanya mengatakan, “Ah, terlalu banyak berpikir.” Hal itu selalu membuatku bertanya apa iya aku terlalu banyak berpikir? Apa iya sebenarnya hanya ketakutanku saja?
Dan ketika kamu bercerita tentang belum punya cinta, aku selalu berkata, “Ah, untuk orang seperti kamu, pasti mudah sekali mendatangkan cinta.”
Kamu selalu diam, dan aku pun terkejut ikut diam. Seharusnya aku tidak mengatakan itu, lagi, lagi, dan lagi. Karena aku tahu apa yang akan kamu tanyakan sekarang.
“Seperti aku? Define?” Nah, tu kan. Kamu pasti akan meminta penjabaran. Dan di sini kita lagi, seperti de javu. Aku menceritakan pendapatku tentangmu. Bahwa kamu baik sekali, lucu, pintar, bisa membuat orang di sekitarmu nyaman, bla, bla, bla. Lalu kamu hanya memandangku dengan senyum tak biasa. Dan mata itu, ah, seperti ada sesuatu yang tersimpan di sana dan aku tidak bisa melihatnya.
Sial. Boleh aku melihat apa yang tersimpan di sana?
Sudah berapa kali kita seperti itu? Mengulang dialog yang sama, tatapan sama, kediaman sama, degub jantung kencangku yang sama? Tapi tak pernah terjadi apa-apa setelah itu. Tidak ada kata cinta keluar dari mulutku.
Tetapi, kamu pasti tahu aku mencintaimu kan? Pasti tahu dari caraku menyediakan waktuku, dari caraku menjabarkan tentangmu. Masalahnya adalah, aku tak pernah bisa mengatakan itu, sampai sekarang. Sudah setahun aku mendengar ceritamu. Terus. Dan sudah lama aku menyimpan rapat cintaku, meski kita dan beberapa teman kita sama-sama tahu bahwa aku … mencintaimu.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
0 komentar:
Posting Komentar