dulu

Untuk menjatuhkan cinta kepada lebih dari satu orang, kau harus memiliki jiwa yang cukup besar untuk menampung dua hati.

Ini perlu, agar keduanya tidak bersesakan di dalam jiwamu. Agar mereka tak perlu berusaha untuk merebut sebanyaknya ruang yang ada, mendesak-desak, lalu berontak dan merobek lapisan hatimu hingga isinya luluh-lantak.

Jika jiwamu tidak cukup besar untuk menampung dua hati, kamu masih bisa menjatuhkan cinta kepada lebih dari satu orang. Kamu bisa memilih dua perempuan dengan takaran cinta yang kecil-kecil. Maka kedua hati mereka akan bersemayam dalam ruang jiwamu tanpa harus bergesekan satu sama lain. Dan kamu masih punya cukup banyak ruang untuk bernapas lega.

Perpisahan kita terjadi karena ketiadaan keduanya. Jiwamu tak cukup besar untuk menampung hatiku dan hatinya, sementara cintaku dan cintanya tak cukup kecil untuk bisa menempati satu ruang bersama-sama.

Mungkin pada dasarnya, aku memang tak percaya pada hati yang bercabang. Bagiku, selalu hanya ada satu untuk setiap kali. Ketika aku tengah bersamamu, yang ada hanya masa kini. Tidak ada masa lalu atau masa depan yang kuijinkan untuk turut ambil bagian.

Karenanya aku tidak bisa mengerti konsep perpisahan yang kau tawarkan pagi itu. Ketika kau memilihnya, sekaligus berkata bahwa kau melakukannya demi ‘kita’. Ada sesuatu yang sangat salah dengan semua ini. Sesuatu yang tidak bisa kupahami.

Jika kamu mencintaiku, kamu akan berada di sini, bersamaku. Kita akan tertawa, berselisih paham, berpelukan, menangis, membagi langit yang terlalu luas untuk dipandangi sendirian dan menengadah pada bintang-bintang. Kita akan menyembuhkan setiap perselisihan dengan peluk hangat, menghapus air mata dengan tawa.

Pada masa-masa kita yang paling kelam sekalipun, bukankah selalu kukatakan kepadamu: bahwa aku hanya butuh menangis sehari, untuk kemudian siap menjaga hatimu lagi?

Jika kamu mencintaiku, kamu tidak akan pergi meninggalkanku, dan memilih untuk bersamanya. Kamu akan berada di sini, menggenggam tanganku, memandang wajahku yang muram.

Kamu akan bertanya apakah aku baik-baik saja. Kukatakan padamu bahwa selama ada kamu, tak mengapa. Aku akan baik-baik saja. Dan kamu memandangku, seperti tak percaya. Kemudian kamu akan bertanya, jika demikian mengapa aku menangis. Aku akan menjawab bahwa aku terluka. Karena hal yang kamu katakan atau hal yang tidak kamu lakukan, atau karena seribu satu alasan.

Dan kamu akan meremas jemariku. Permintaan maafmu akan menjelma di genggaman tanganku yang semakin erat, dan senyuman di matamu yang berkilauan ketika kita memutuskan untuk berlari pulang di bawah guyuran hujan.

There’s nothing like the rain, coming down again
To come and wash away the pain…
There’s nothing like the rain, coming down again
To clear the air so we see again…


Tetapi, itu dulu.


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
Category: 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar